Sunday 6 December 2009

Marketing Management in Practice

Sumber : http://detiker.com/sales-marketing/marketing-strategy/Page-4.html

Selasa, 27 Januari 2009 23:32
Teknologi telah mengubah dunia bisnis menjadi lebih cepat dan efisien. Bahkan, di beberapa industri, teknologi telah menjadi keunggulan bersaing. Perkembangan teknologi yang begitu cepat memaksa setiap pelaku usaha untuk berpikir bagaimana menjadikan teknologi sebagai keunggulan bersaing di pasar.
Proses bisnis harus mengalami reengineering agar pemanfaatan teknologi informasi sebagai pendukung fungsi bisnis khususnya pemasaran menjadi fit.
Pembicaraan tentang bagaimana e-Business dan Internet mengubah praktik pemasaran telah menjadi isu penting dalam pengembangan ilmu pemasaran. Isu ini akan membawa transformasi pemasaran secara dramatis, dan akhirnya akan mengarahkan pada kinerja bisnis yang superior.
Setelah gagalnya bisnis dotcom pada 2000-an, dampak potensi teknologi informasi dievaluasi kembali, sehingga menghasilkan sebuah potensi transformasi di bidang pemasaran. Teknologi informasi memiliki peranan penting dalam mendukung dan meningkatkan praktik bisnis dan pemasaran.
Perusahaan di Indonesia terutama B to B telah menggunakan e-Marketing sebagai pelengkap saluran pemasaran tradisional dan juga memiliki peluang sebagai keunggulan bersaing.
Sebelum strategi penggabungan teknologi informasi dilakukan, kita harus mengetahui praktik-praktik pemasaran terbaru. Berdasarkan kerangka contemporary marketing practices (CMP), praktik pemasaran dibedakan dalam empat tipe:
• Transaction Marketing (TM), pendekatan tradisional 4P untuk menarik pelanggan pada segmen pasar tertentu. Misalnya, consumer banking salah satu bank di Indonesia hanya berfokus pada aktivitas eksternal termasuk iklan.
• Database Marketing (DM), penggunaan alat database untuk memilih khalayak sasaran pada segmen tertentu. Misalnya, perusahaan consumer goods mengembangkan sebuah database pelanggan dan mengintegrasikan database dengan aktivitas pemasaran eksternal.
• Interaction Marketing (IM), pengembangan interaksi personal antara karyawan dan pelanggan individu. Misalnya, pelayanan profesional seperti klinik kesehatan atau kantor bantuan hukum di mana pelayananya didasarkan pada interaksi face-to-face.
• Network Marketing (NM), pengembangan hubungan antara pelanggan dan perusahaan melalui jaringan. Misalnya, untuk meningkatkan pelayanan, pabrikan otomotif membangun sebuah hubungan bisnis dengan perusahaan yang bergerak di jasa keuangan.
Meskipun praktik TM, DM, IM, dan NM berbeda, bukan berarti mereka berdiri sendiri. Kerangka CMP menyarankan keempat hal tersebut untuk saling terintegrasi pada level yang berbeda atau bahka saling melengkapi.
Namun, perkembangan e-Business dan Internet telah mengubah kerangka CMP. Perubahan tersebut mempertimbangkan asosiasi praktik pemasaran dengan IT-enabled interactivity. Kemudian muncul aspek kelima dari CMP yaitu e-Marketing.
Dalam hal ini e-Marketing (eM) merupakan aspek pemasaran dengan menggunakan Internet dan teknologi interaktif untuk menciptakan media dialog antara perusahaan dan pelanggan yang teridentifikasi.
Dan, eM dikarakteristikkan sebagai aspek yang bergantung pada teknologi untuk meningkatkan interaktivitas dan ini yang membedakan dengan keempat aspek lainnya. Selain itu, eM melibatkan sebuah dialog secara elektronis yang memberikan akses informasi kepada pelanggan individu, dan sebagai akibatnya, penggunaan teknologi interaktif akan memberikan informasi tentang pelanggan kepada perusahaan. Karena itu eM didukung oleh teknologi interaktif lainnya yang berhubungan dengan customer relationship management, aktivitas penjualan, penelitian, analisis, dan perencanaan.
Bahkan, eM juga terhubung dengan praktik pemasaran DM, NM, dan IM. Sebagai contoh, eM focus terhadap dialog real time yang dimungkinkan dan dimediasi oleh teknologi informasi, dan juga pengembangan dari DM. Komunikasi yang tercipta bukan satu arah, melainkan memanfaatkan data pelanggan agar lebih personal dan interaktif.
Sama halnya dengan DM, eM juga mampu berkolaborasi dengan NM, pelanggan dan perusahaan dapat dihubungkan secara elektronis, dan ini berimplikasi terhadap terciptanya sebuah produk atau layanan yang lebih customize.
Penetrasi eM ke dalam bisnis proses atau aktivitas pemasaran memang membutuhkan pengetahuan yang cukup. Dan, eM merupakan cara baru untuk berkompetisi yang berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Akan lebih baik jika program pengadopsian teknologi ke dalam praktik pemasaran akan mengungkapkan sisi kesulitannya, terutama dari sisi sumber daya manusia.
Entrepreneurial (Kewirausahaan)
Entrepreneur (wirausahawan) adalah seseorang yang mempunyai kreativitas suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian yang bertujuan untuk pencapaian laba dan pertumbuhan usaha berdasarkan identifikasi peluang dan mendayagunakan sumber-sumber serta memodali peluang tersebut.

Pengertian Entrepreneur (wirausahawan) dari berbagai sumber:

(Kasmir, 2007 : 18)
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.


(Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio)
Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.

Peter F. Drucker
Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

Zimmerer
Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).

Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.

Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika yang diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek finansial maupun personal, sosial, dan profesional. (Soesarsono, 2002 : 48)

Ciri-ciri entrepreneur:
• mempunyai hasrat untuk selalu bertanggung jawab bisnis dan sosial
• komitmen terhadap tugas
• memilih resiko yang moderat
• merahasiakan kemampuan untuk sukses
• cepat melihat peluang
• orientasi ke masa depan
• selalu melihat kembali prestasi masa lalu
• sikap haus terhadap “money”
• skill dalam organisasi
• toleransi terhadap ambisi
• fleksibilitas tinggi

Wirausahawan yang berhasil mempunyai standar prestasi (n Ach) tinggi. Potensi kewirausahaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut : (Masykur, Winardi)
1. Kemampuan inovatif
2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity)
3. Keinginan untuk berprestasi
4. Kemampuan perencanaan realistis
5. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan
6. Obyektivitas
7. Tanggung jawab pribadi
8. Kemampuan beradaptasi (Flexibility)
9. Kemampuan sebagai pengorganisator dan administrator
10. Tingkat komitmen tinggi (survival)


Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961)

1. Innovating Entrepreneurship
Bereksperimentasi secara agresif, trampil mempraktekkan transformasi-transformasi atraktif.
2. Imitative Entrepreneurship
Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneur.
3. Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan
peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak melakukan hal tersebut,
mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang bersangkutan.
4. Drone Entrepreneurship
Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk
melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal tersbut
akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain.

Di banyak negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship yang lain yang
disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi disebut sebagai
Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977)

Proses Kewirausahaan

Tahap-tahap Kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :
(1) Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.
(2) Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
(3) Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi
(4) Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.



Imbalan dalam wirausaha
Tiap orang tertarik kepada kewirausahaan kerena berbagai imbalan yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar : Laba, Kebebasan, dan kepuasan dalam menjalani hidup.

Imbalan berupa laba
Wirausaha mengharapkan hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang diinvestasikan tetapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Dengan demikian imbalan berupa laba merupakan motofasi yang kuat bagi wirausaha tertentu. Laba adalah salah satu cara dalam mempertahankan nilai perusahaan. Beberapa wirausaha mungkin mengambil laba bagi dirinya sendiri atau membagikan laba tersebut, tetapi kebanyakan wirausaha puas dengan laba yang pantas.

Imbalan kebebasan
Kebebasan untuk menjalankan perusahaannya merupakan imbalan lain bagi seorang wirausaha. Hasil survey dalam bisnis berskala kecil tahun 1991 menunjukkan bahwa 38% dari orang-orang yang meninggalkan pekerjaan nya di perusahaan lain karena mereka ingin menjadi bos atas perusahaan sendiri. Beberapa wirasuaha menggunakan kebebasannya untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja peibadnya secara fleksibel. Kenyataannya banyak wirausaha tidak mengutamakan fleksibiltas disatu sisi saja. Akan tetapi wirausaha menghargai kebebasan dalam karirkewirausahaan, seperti mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri, memungut laba sendiri dan mengatur jadwal sendiri.

Imbalan berupa kepuasan dalam menjalani hidup
Wirausaha sering menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Pekerjaan yang mereka lakukan memberikan kenikmatan yang berasal dari kebebasan dan kenikmatan ini merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada barang dan jasa perusahaan. Banyak perusahaan yang dikelolah oleh wirausaha tumbuh menjadai besar akan tetapi ada juga yang relative tetap berskala kecil.


Tantangan berwirausaha
Meskipun imbalan dalam berwirasuaha menggiurkan, tapi ada juga biaya yang berhubungan dengan kepemilikan bisnis tersebut. Memulai dan mengoperasikan bisnis sendiri membutuhkan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan kekuatan emosi. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha, tidak ada jaminan kesuksesan. Wirausaha harus menerima berbagai resiko berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tantangan berupa kerja keras, tekanan emosional, dan risiko meminta tingkat komitmen dan pengorbanan jika kita mengharapkan mendapatkan imbalan.

No comments: